id
Juli 24, 2024

Day

Depok-Tiga mahasiswa Universitas Indonesia (UI), Mohamad Rasyid Alkautsar, mahasiswa Program Pendidikan Vokasi, serta Vio Nanda Ardiansyah dan Nabila Zahra Harmon, keduanya dari Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) UI, berhasil merebut juara pertama pada kompetisi debat politik yang diselenggarakan Universitas Negeri Semarang (UNNES). Mereka berhasil menyingkirkan tim dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya dan menyisihkan peserta lain yang berasal dari 36 kampus di Indonesia. Direktur Program Pendidikan Vokasi UI, Padang Wicaksono, S.E., Ph.D, memberikan apresiasi terhadap prestasi yang diraih Rasyid dan tim. Menurutnya, setiap mahasiswa di lingkungan UI selalu diberikan pembelajaran terbaik, baik softskill maupun hardskill. Padang mengatakan, “Kemampuan berpikir kritis dan kreatif menjadi senjata utama pada kompetisi debat politik. Selain itu, kekuatan public speaking dan pengambilan keputusan juga merupakan kemampuan yang harus dimiliki setiap mahasiswa. Sehingga, para mahasiswa bisa terus melatih diri dan menerapkan berbagai wawasan dan kompetensi yang dimilikinya untuk berkontribusi kepada masyarakat melalui berbagai perlombaan maupun kegiatan positif lainnya.” Rasyid menyatakan bahwa lomba debat memiliki stigma biasa diikuti oleh beberapa jurusan tertentu. Ia membuktikan bahwa mahasiswa vokasi juga bisa melakukan debat, khususnya debat politik. “Kami sangat bersyukur atas kemenangan tersebut dan ingin terus membawa nama besar UI di berbagai kompetisi debat maupun lomba lainnya,” kata Rasyid saat pengumuman pemenang pada (4/6). Pada babak final, tim mahasiswa UI berdebat membahas mosi tentang dewan yang setuju bahwa jabatan kepala desa dengan masa jabatan sembilan tahun akan mendekatkan praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) dan lemahnya demokratisasi. Sistem yang dibawakan Rasyid dan tim pada debat tersebut memiliki struktur yang mereka sebut sebagai Blitzkrieg ala Nazi. Sistem tersebut dilakukan dengan cara susunan mekanisme menyerang lawan secara bertubi-tubi melalui pembicara 1 hingga pembicara 3 yang membuat musuh kewalahan. Berkat strategi yang kuat mereka berhasil mencapai puncak kemenangan pada kompetisi debat tersebut. Rasyid yang merupakan mahasiswa Bisnis Kreatif, Vokasi UI, menceritakan bahwa kemampuan berdebat merupakan skill yang sangat dibutuhkan untuk membantu dalam bernegosiasi, pitching, memimpin, mengatur, public speaking, kritis, dan mengambil keputusan secara bijak saat menjalankan bisnis atau di dunia profesional ketika lulus. “Saya berharap banyak mahasiswa Vokasi UI lainnya yang berani unjuk gigi terhadap kemampuannya di berbagai kompetisi kancah nasional maupun internasional sehingga pengalaman yang kita miliki dapat diterapkan saat terjun ke dunia industri nantinya,” ujar Rasyid.
Dalam upaya memperkaya pengalaman pendidikan tinggi mahasiswa di tengah dinamika globalisasi yang semakin intens, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (FMIPA UI) menyelenggarakan kegiatan mobilitas internasional bertajuk Student Mobility for Building Climate Resilience: ASEAN STEM Student Society Chapter Bangkok 2024, di beberapa universitas di Thailand, pada tanggal 8 – 13 Juni 2024. Kegiatan ini merupakan program kolaboratif FMIPA UI bersama Universiti Putra Malaysia, Chulalongkorn University, Kasetsart University, dan Perkumpulan Mahasiswa Indonesia-Thailand (PERMITHA), di bidang STEM (Science, Technology, Engineering and Math). Sebanyak sepuluh mahasiswa FMIPA UI dari lintas program studi sarjana terlibat dalam kegiatan ini. Kunjungan mereka ke negara gajah putih tersebut didampingi oleh Prof. Dr. rer. nat. Budiawan selaku Wakil Dekan Bidang Pendidikan, Penelitian dan Kemahasiswaan, serta Dr. Dewi Susiloningtyas, M.Si. selaku Manajer Kemahasiswaan FMIPA UI.  
Di sana para Mahasiswa FMIPA UI melaksanakan kunjungan ke Faculty of Science Chulalongkorn University, Faculty of Science Kasetsart University, Kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI), serta melakukan kunjungan ke sejumlah landmark. Prof. Budiawan mengatakan “Kegiatan diselenggarakan sebagai wadah bagi generasi muda di Asia Tenggara, khususnya Indonesia, Malaysia, dan Thailand dalam berdiskusi, berbagi pengetahuan, pengalaman, dan ide-ide inovatif untuk mengatasi tantangan pembangunan berkelanjutan, terutama pada konteks perubahan iklim.” Dalam kolaborasi antara empat institusi pendidikan dari tiga negara ASEAN ini, juga digelar forum diskusi bersama Persatuan Pelajar Indonesia Thailand (PERMITHA). Pertemuan dengan PERMITHA menitikberatkan pada pembahasan isu-isu global terkait dampak perubahan iklim yang sedang menjadi sorotan masyarakat dunia, serta peran mahasiswa berlatar belakang STEM dalam memberikan solusi atas permasalahan yang telah diidentifikasi sebelumnya. Dari forum diskusi tersebut kemudian melahirkan komitmen bersama dalam pernyataan kepedulian anak muda ASEAN terhadap pentingnya penanggulangan perubahan iklim. Dr. Dewi mengatakan bahwa pernyataan tersebut dicetuskan sebagai langkah konkret memperkuat komitmen para mahasiswa, sebagai generasi muda dalam penanggulangan perubahan iklim dengan berbekal keilmuan yang mereka dapatkan di kampus masing-masing. Gerakan ini, lanjut Dr. Dewi, diharapkan dapat mengoptimalkan peran seluruh pihak dalam upaya mengatasi dampak perubahan iklim, melalui aksi mitigasi dan adaptasi, yang dapat dilakukan pada tingkat individu, kelompok, masyarakat dan negara.
“Kami mendorong para mahasiswa di FMIPA UI sebagai anak-anak muda untuk memberikan kontribusi signifikan dalam mengatasi perubahan iklim yang terjadi, salah satu strateginya adalah melalui deklarasi seperti ini. Mudah-mudahan kegiatan dan deklarasi ini bisa lebih mendorong pihak-pihak terkait untuk bisa jadi agen penerapan perilaku ramah lingkungan,” ujar Dr. Dewi. Ketua BEM FMIPA UI 2024 Adrian Al-Farisi yang turut serta dalam kegiatan mobilitas internasional ini, menuturkan bahwa kegiatan ini merupakan inisiatif yang baik dari pihak FMIPA UI dan berharap kegiatan tersebut dapat terus dikembangkan. “Dari sudut pandang sebagai anak muda, krisis iklim sudah secara nyata menjadi ancaman dan penghalang mimpi-mimpi kami di masa yang akan datang. Bahkan, beberapa dari kami sudah merasakan dampaknya mulai dari sekarang. Sehingga melalui forum ini, kami ingin merubah kegelisahan itu menjadi sebanyak-banyaknya ide gagasan, bukan hanya untuk masa depan Indonesia yang lebih hijau tetapi juga di negara-negara ASEAN”. Selain melaksanakan rangkaian kegiatan akademik, seperti kuliah singkat dan kampus tur di Faculty of Science Chulalongkorn University, dan Faculty of Science Kasetsart University, guna memperoleh wawasan terkait infrastruktur pendidikan, teknologi pembelajaran dan riset disana, mahasiswa juga melakukan kunjungan wisata budaya ke Grand Palace dan Wat Arun, untuk mengenal lebih dekat warisan budaya, seni, dan sejarah negaraThailand, serta berkunjung ke Kantor KBRI.
Di KBRI mahasiswa disambut hangat oleh Bapak Hidayat Atjeh Counsellor Minister Fungsi Penerangan, Sosial, dan Budaya KBRI Bangkok. Beliau menjelaskan beberapa hal menarik kepada mahasiswa, diantaranya gambaran kehidupan masyarakat Indonesia di Thailand, potensi kerja sama yang kuat antara Indonesia dengan Thailand di bidang pendidikan, seperti pertukaran akademik, riset bersama, dan program-program pendidikan lainnya, hingga peluang karir mahasiswa di luar negeri. Yang tidak kalah penting, beliau membuka wawasan tentang peluang karir yang terbuka bagi mahasiswa di kancah internasional, dan memotivasi mahasiswa untuk semangat berkarir di tingkat global. Dengan paparan yang komprehensif ini, KBRI Bangkok tidak hanya menjadi tempat persinggahan, tetapi juga sebagai sumber inspirasi dan pengetahuan yang berharga bagi para mahasiswa pada kegiatan ini.