Masyarakat di era pesatnya perkembangan teknologi digital mulai membatasi ruang gerak pada hal-hal yang berkaitan dengan alam. Mereka mendapatkan berbagai informasi melalui gawai dan dikendalikan informasi yang diterima di sekitar mereka. Derasnya arus informasi yang diterima generasi di era digital terkadang memberikan tekanan pada kehidupan. Bila kita merujuk pada kehidupan masa lalu masyarakat mendapatkan informasi dari alam sekitar, mereka mengetahui arah bukan melalui format GPS melainkan melalui pengetahuan mengenai perbintangan. Mereka juga mendapatkan informasi terkait perubahan musim melalui pengalaman sehari-hari ataupun ilmu alam dan lingkungan yang diturunkan dari para leluhur, yang dikenal sebagai kearifan lokal.
Masyarakat di Jawa mengenal ‘Petungan’ sistem perhitungan hari Jawa yang menjadi dasar bagi pengamatan dan tindakan masyarakat Jawa terhadap lingkungan sekitar. Melalui Petungan dapat diketahui, kapan perubahan musim terjadi, dan kapan waktu purnama, dan musim tanam, musim kemarau dan musim hujan.
Terkait tradisi Purnama masyarakat Jawa di masa lalu melakukan berbagai aktivitas bersama di luar rumah di malam hari saat purnama tiba. Di pedesaan masyarakat berkumpul di luar rumah dan menyelenggarakan berbagai aktivitas; anak-anak melakukan permainan berkelompok, orang tua berkumpul menghabiskan waktu bersama membahas berbagai hal, mereka juga menembang ataupun membacakan manuskrip, selain itu menjelang tengah malam juga dilakukan ‘manekung’ yaitu duduk diam, memusatkan pikiran untuk memperoleh semangat baru untuk hari-hari selanjutnya.
Berkaitan dengan fenomena Purnama Strawberry pada 20 Juni 2024, Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya, Universitas Indonesia (PPKB FIB UI) bekerjasama dengan BRIN (ethnoastronomy) dan astronomy ITB menggelar kegiatan Festival Purnama Strawberry. Selama dua hari kegiatan dipusatkan di wilayah Desa wisata sekitar Borobudur dan di lingkungan candi Borobudur. Tujuan dari kegiatan ini adalah merupakan bentuk kolaborasi antar institusi yang bertujuan menyampaikan informasi kepada masyarakat untuk tetap melestarikan tradisi purnama, karena melalui tradisi purnama banyak hal yang dapat digali; yaitu pola gotong royong, kearifan lokal Jawa serta literasi melalui tembang-tembang Jawa. Selain itu pengalaman menikmati indahnya purnama juga dilakukan melalui asah batin ‘Manekung’ yang memberikan kontribusi pada keseimbangan mental dan fisik.
Kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh PPKB FIB UI pada 20-22 Juni 2024 di Desa Karangrejo, Magelang, meliputi; Workshop Tradisi Purnama dan Petungan Jawa, Workshop Dolanan Anak, Workshop Meditasi Purnama, dengan fasilitator Dr. Turita Indah Setyani, Dr. Lily Tjahjandari dan Dr Sri Ratna Saktimulya (Kepala Studi Kebudayaan UGM) Selain itu PPKB FIB UI juga melakukan pelatihan di bidang media bagi generasi muda melalui
“Pelatihan Bikin Film” dan “Pelatihan Content Digital” dengan Fasilitator Yusuf Raharjo (Praktisi Media).
Para peserta kegiatan ini juga akan dapat memantau keindahan purnama strawberry melalui teleskop dan mendapatkan informasi terkait fenomena astronomy oleh para pakar astronomy dari Institut Teknologi Bandung.
“Melalui kegiatan ini diharapkan masyarakat mendapat pengalaman dan pengetahuan terkait tradisi purnama yang merupakan kearifan lokal yang selayaknya dilestarikan”, demikian pandangan Dr.phil. Lily Tjahjandari M.Hum Kepala PPKB FIBUI. Mewakili Dekan FIB UI, Dr. Herdito Sandi Pratama selaku Manajer Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat FIB UI menyampaikan pentingnya penguatan identitas; “Apabila kita mengenal tradisi serta kearifan lokal yang ada maka hal tersebut akan menguatkan jati diri bangsa”.