id
Pengmas

Category

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) menyelenggarakan operasi gratis dan penyuluhan kesehatan di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. Kegiatan yang merupakan pengabdian masyarakat (pengmas) ini, diketuai oleh Dr. med. dr. Nyityasmono Tri Nugroho, Sp.B, Subsp.BVE(K). Ia mengatakan, keterbatasan akses terhadap fasilitas kesehatan yang memadai di Kepulauan Seribu menyebabkan penanganan kasus-kasus kesehatan, terutama yang memerlukan operasi, sering kali tertunda. Hal ini mengakibatkan kondisi kesehatan memburuk dan semakin sulit untuk ditangani.

Pada pelaksanaanya, Tim Pengmas FKUI bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Seribu, RSUD Kepulauan Seribu, puskesmas setempat, Sumber Bumi Group, PT Triton Global Maritim, dan PT B. Braun Medical Indonesia. Operasi dilakukan pada Sabtu, 23 November 2024 di RSUD Kepulauan Seribu dan melayani 71 pasien yang datang dari Pulau Harapan, Pulau Kelapa, Pulau Panggang, dan Pulau Pramuka. Prosedur medis yang dilakukan meliputi operasi hernia, pengangkatan tumor jinak, dan sunat.

“Suasana penuh antusias terlihat khususnya pada pasien sunatan, di mana keluarga pasien berbondong- bondong hadir dan bahkan menyelenggarakan acara syukuran sebagai wujud rasa syukur. Kehangatan tersebut mencerminkan betapa pentingnya kegiatan ini bagi masyarakat,” kata Dr. med. dr. Nyityasmono.

Lebih lanjut ia menyampaikan bahwa di hari berikutnya (24/11/2024), tim melakukan penyuluhan kesehatan di Gedung Karang Taruna Pulau Panggang dengan diikuti oleh 37 anggota karang taruna. Peserta mendapatkan materi edukasi, seperti bantuan hidup dasar, penanganan kecelakaan, penanganan luka bakar, penanganan gigitan hewan liar, dan penanganan awal patah tulang.

“Acara berlangsung secara interaktif dengan peserta mempraktikkan langsung materi menggunakan alat peraga yang telah disediakan. Antusiasme peserta terlihat dari keaktifan mereka dalam mengikuti simulasi, bertanya, dan berdiskusi. Sebagai apresiasi, peserta yang paling aktif diberikan hadiah, menambah semangat selama kegiatan berlangsung,” ujar Dr. med. dr. Nyityasmono.

Ia menambahkan, tidak ada kebahagiaan yang lebih besar selain bisa berbagi ilmu dan tindakan nyata untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Melalui penyuluhan yang memberikan pemahaman dan operasi yang membawa harapan, FKUI hadir sebagai jembatan perubahan menuju kehidupan yang lebih baik.

Bersama dengan Dr. med. dr. Nyityasmono, Tim Pengmas FKUI terdiri atas dr. Rizky Amaliah, Sp.B, Subsp.Ped(K); dr. Lam Sihardo, Sp.B, Subsp.BD(K); dr. Luther Holan Parasian N, Sp.An-TI; serta 11 residen Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Ilmu Bedah dan PPDS Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI.

Sementara itu, Robiah yang merupakan salah seorang pasien yang dioperasi, merasa sangat bersyukur atas penyelenggaraan kegiatan ini. “Terima kasih kepada Tim Pengmas FKUI yang telah hadir membawa harapan dan memberikan solusi nyata untuk kesehatan kami. Kehadiran kalian adalah berkah yang tak ternilai,” kata Robiah.

Adapun, Khani Suryani selaku BoD Sumber Bumi Group mengatakan bahwa kagiatan ini membawa manfaat yang sangat besar bagi masyarakat setempat. “Selamat dan sukses atas terselenggaranya acara kegiatan pengmas dari Ilmu Bedah FKUI. Acara yang sangat besar manfaatnya bagi masyarakat, khususnya masyarakat di Kepulauan Seribu. Sukses selalu Ilmu Bedah FKUI,” kata Khani

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Indonesia (UI) menggelar kegiatan Pengabdian Masyarakat bertajuk Pengmas Day pada Kamis (14/11/2024) di Kompleks Laboratorium Parangtopo, FMIPA UI, Kampus UI, Depok. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Unit Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (PPM), bekerja sama dengan Departemen Biologi dan Program Studi Geologi, dan diikuti oleh 25 siswa dari tiga sekolah menengah atas (SMA) di Depok. Peserta terdiri dari 14 siswa dan 2 guru dari SMAN 2, 6 siswa dan 1 guru dari SMAN 7, serta 5 siswa dan 1 guru dari SMAN 12.

Dekan FMIPA UI, Prof. Dede Djuhana, Ph.D., dalam sambutannya mengungkapkan pentingnya edukasi lingkungan, khususnya terkait pengelolaan limbah, pemahaman bebatuan, dan keanekaragaman hayati sebagai upaya dalam memahami lingkungan. Menurutnya, di tengah permasalahan lingkungan yang semakin kompleks, pengetahuan tersebut sangat penting untuk ditanamkan pada generasi muda.

“FMIPA UI berkomitmen untuk terus mengembangkan ilmu pengetahuan dan bertanggung jawab dalam menyebarluaskannya. Melalui kegiatan Pengmas ini, kami tidak hanya berbagi pengetahuan, tetapi juga mendorong para pelajar untuk menjadi agen perubahan dalam menjaga keseimbangan lingkungan,” kata Prof. Dede.

Lebih lanjut, Prof. Dede menjelaskan bahwa pengelolaan limbah, pemahaman tentang bebatuan, dan keanekaragaman hayati tumbuhan saling terkait dalam menjaga ekosistem dan keberlanjutan kehidupan manusia. Ketiga aspek tersebut, meskipun terlihat terpisah, memiliki peran yang saling mendukung dalam menciptakan lingkungan yang sehat dan berkelanjutan.

“Lingkungan yang sehat mendukung pertumbuhan ekonomi, kesehatan, dan kesejahteraan manusia. Semoga kalian dapat memanfaatkan ilmu yang didapat di laboratorium alam Parangtopo FMIPA UI ini untuk kebaikan lingkungan,” tambahnya kepada peserta.

Sementara itu, Ridho Wibowo, M.Pd., mewakili pihak sekolah, menyampaikan apresiasi atas kesempatan yang diberikan kepada siswa-siswanya untuk mengikuti kegiatan ini. Menurut Ridho, kegiatan ini memberikan pengalaman yang berharga di luar kelas, terutama mengenai teknologi biodigester untuk pengolahan limbah menjadi nutrisi padat dan cair serta energi listrik yang belum tersedia di sekolah mereka.

“Kami sangat berterima kasih kepada tim FMIPA UI yang telah mengundang kami. Teknologi biodigester ini sangat bermanfaat, mengingat di sekolah kami, kami masih menggunakan cara manual untuk mengelola sampah organik. Selain itu, mempelajari bebatuan dan tumbuhan secara langsung juga sangat menarik bagi siswa,” kata Ridho.

Ia berharap kegiatan ini tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi juga membangun kesadaran dan perubahan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Ridho berharap para siswa dapat menjadi teladan dalam pengelolaan sampah dan menjaga lingkungan di masyarakat, dimulai dari lingkungan sekolah mereka sendiri.

Tim pengmas yang diketuai oleh Dr. Dipo Aldila, S.Si., M.Si., selaku Manajer PPM FMIPA UI, bersama dengan Dr. Windri Handayani, S.Si., M.Si. dan Afiatry Putrika, M.Si.  (Dosen Departemen Biologi), Twin Hosea Widodo Kristyanto, S.T., M.T., dan Aldo Febriansyah Putra, M.T. (Dosen Program Studi Geologi), kemudian memberikan materi terkait topik-topik yang dibahas dalam kegiatan tersebut.

Pemaparan pertama dalam kegiatan Pengmas Parangtopo Day disampaikan oleh Dr. Dipo Aldila, S.Si., M.Si., dan Aldo Febriansyah Putra, M.T., mengenai Edukasi Pengolahan Limbah Organik Menggunakan Biodigester. Kedua pemateri menjelaskan konsep biodigester yang digunakan untuk mengolah sampah dedaunan dan sisa makanan menjadi kompos serta gas metana.

“Proses pembuatan pupuk kompos di Laboratorium Parangtopo FMIPA UI menggunakan teknologi Fixed Dome Digester Compose secara anaerob. Berdasarkan kajian yang dilakukan, rasio terbaik antara sampah organik, sampah daun kering, dan limbah hewan adalah 5:5:2,” jelas Dr. Dipo.

Selain itu, Dr. Dipo menambahkan bahwa mesin biodigester tidak hanya memproduksi pupuk padat dan cair organik bernutrisi, tetapi juga berfungsi sebagai PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah) yang dapat dimanfaatkan sebagai energi penggerak untuk mesin biodigester itu sendiri.

Usai pemaparan tentang biodigester, acara dilanjutkan dengan sesi edukasi pengenalan dasar keanekaragaman tumbuhan. Sesi ini dirancang untuk memberikan pengalaman belajar langsung di lapangan, mengenal habitus dan cara hidup tumbuhan dengan cara yang interaktif dan menyenangkan.

Sebagai panduan praktik, tim dari Departemen Biologi FMIPA UI membuat booklet  bergambar. Booklet yang disusun oleh Dr. Windri Handayani dan Afiatry Putrika, M.Si. ini, memuat informasi penting tentang habitus (bentuk tumbuhan) dan cara hidupnya. Dengan desain visual yang menarik dan mudah dipahami, booklet ini menjadi alat bantu belajar bagi siswa selama eksplorasi tumbuhan di sekitar Laboratorium Parangtopo.

Booklet ini tidak hanya memuat teori, tetapi juga menghubungkan pengetahuan yang dipelajari di kelas dengan fakta-fakta di lapangan. Salah satu kegiatan yang paling menarik perhatian siswa adalah permainan interaktif yang mengenalkan mereka pada habitus dan cara hidup tumbuhan. Dalam permainan ini, siswa diminta mencocokkan informasi di booklet dengan tumbuhan yang mereka temui. Mereka harus dapat mengenali jenis tumbuhan, seperti herba, perdu, pohon, serta contoh tumbuhan epifit yang hidup menempel pada batang pohon lain, atau mengidentifikasi tumbuhan parasit yang tidak memiliki klorofil.

Antusiasme siswa semakin meningkat saat sesi tanya jawab. Banyak siswa yang penasaran dengan tumbuhan unik, seperti tumbuhan parasit yang tidak memiliki klorofil. Salah satu pertanyaan yang sering diajukan adalah, “Apakah tumbuhan parasit tetap bisa berfotosintesis?” Tim Departemen Biologi FMIPA UI menjelaskan bahwa tumbuhan parasit, seperti Rafflesia (bunga padma) dan Anggrek hantu, mendapatkan nutrisi langsung dari inangnya, karena mereka tidak memiliki daun dan klorofil.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut menunjukkan tingginya rasa ingin tahu siswa tentang cara hidup tumbuhan, khususnya yang memiliki adaptasi unik. Kegiatan ini memberikan pengalaman belajar yang berbeda, mengajak siswa tidak hanya mengenal keanekaragaman tumbuhan tetapi juga memahami hubungan ekologi yang terjadi di alam. Melalui pendekatan praktis dan interaktif, siswa menjadi lebih dekat dengan dunia biologi, terutama tumbuhan, serta semakin memahami pentingnya melestarikan keanekaragaman hayati.

Kegiatan Pengmas Day dilanjutkan dengan kunjungan ke Laboratorium Geologi, di mana peserta mendengarkan paparan tentang edukasi geosains yang disampaikan oleh Twin Hosea Widodo Kristyanto, S.T., M.T. Materi ini bertujuan untuk memperkenalkan kondisi geologi Indonesia yang unik, serta implikasinya terhadap potensi sumber daya alam dan risiko kebencanaan. Selain itu, siswa juga dikenalkan dengan ruang lingkup ilmu geosains dan relevansinya terhadap disiplin ilmu dasar seperti fisika, kimia, dan biologi, yang menjadi fondasi pembelajaran di FMIPA UI.

Sebagai bagian dari kegiatan, siswa diberikan pengalaman praktis melalui sesi analisis batuan. Mereka belajar menggunakan mikroskop polarisasi untuk melihat sayatan tipis batuan dan mikroskop stereo untuk mengamati fosil mikro. Aktivitas ini tidak hanya memberi wawasan teoritis, tetapi juga pengalaman langsung yang memperkuat pemahaman mereka tentang proses-proses geologi.

Mahasiswa S1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat UI melalui Occupational Health and Safety Community Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (OHSC FKM UI) melaksanakan program pengabdian dan pemberdayaan masyarakat melalui Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa), sebuah program inisiatif dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. PPK Ormawa OHSC FKM UI 2024 mengusung tema Pendampingan Implementasi Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan Kegawatdaruratan (Emergency) pada Nelayan. Tim pelaksana berjumlah 11 orang dengan didampingi oleh Abdul Kadir S.K.M., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing melakukan pengabdian masyarakat di Desa Caringin, Banten, pada 26 Juli hingga 8 Agustus 2024. Program ini menghasilkan berbagai inovasi dan pelajaran berharga yang dirangkum dalam Buku Refleksi PPK Ormawa OHSC FKM UI 2024.

Buku ini menjadi salah satu luaran wajib dari program, merekam perjalanan tim pelaksana PPK Ormawa OHSC FKM UI 2024 dalam mengidentifikasi masalah, merancang solusi, hingga membangun kolaborasi yang berdampak langsung bagi masyarakat. Buku Refleksi ini juga memuat pengembangan soft skill yang dialami oleh tim pelaksana selama proses pengabdian, seperti keterampilan komunikasi, kepemimpinan, hingga manajemen konflik. Buku ini dapat diakses melalui tautan berikut: https://bit.ly/REFLEKSIPPKOOHSCUI24 .

Kegiatan PPK Ormawa OHSC FKM UI dimulai dari tahap pra-pelaksanaan meliputi competency building untuk tim pelaksana serta melakukan kaji risiko pada tanggal 6 sampai 7 Juli 2024 untuk memahami bahaya dan risiko yang dihadapi nelayan. Pada 26 hingga 31 Juli 2024, tim melanjutkan dengan penyebaran kuesioner untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan praktik nelayan terkait K3 dan kegawatdaruratan. Pada waktu yang sama, tim juga melakukan edukasi awal sekaligus sosialisasi program kepada masyarakat Desa Caringin.

   

Tahap pelaksanaan dimulai pada 5 Agustus 2024, nelayan mendapatkan pelatihan langsung tentang dasar K3, kebencanaan, Bantuan Hidup Dasar (BHD), dan teknik mobilisasi korban dengan pemateri dasar K3 merupakan tim pelaksana sedangkan untuk materi kebencanaan hingga teknik mobilisasi tim dibantu oleh Unit Pelaksana Teknis Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Universitas Indonesia (UPT K3L UI). Setiap nelayan diajak mempraktikkan teknik BHD menggunakan boneka peraga dan mempelajari cara mengangkat korban baik secara manual maupun menggunakan alat, seperti tandu darurat. Tim melanjutkan kegiatan pada 6 Agustus dengan visitasi ke kapal nelayan di dermaga untuk mengevaluasi penerapan materi pelatihan bersama UPT K3L UI. Tim bersama dengan pihak lembaga Desa Tangguh Bencana (Destana) Desa Caringin, mendiskusikan tempat pemasangan rambu titik kumpul dan rambu keselamatan. Rambu-rambu ini kemudian dipasang di tiga titik di Desa Caringin pada tanggal 7 Agustus. Pada tanggal 8 Agustus 2024, Focus Group Discussion (FGD) digelar dengan menghadirkan Camat Labuhan, perwakilan perangkat desa, Destana, nelayan, dan pemangku kepentingan lainnya. Diskusi ini membahas pembentukan kelembagaan nelayan serta pengelolaan barang inventaris yang akan diberikan dari tim PPK Ormawa OHSC FKM UI kepada nelayan di Desa Caringin. Barang inventaris ini meliputi pelampung, pouch P3K, box anafilaksis, dan alat keselamatan lainnya.  Tahapan monitoring dilakukan pada 26-27 September untuk meninjau implementasi program dan perkembangannya. Hasil monitoring ini menjadi bagian penting dalam Buku Refleksi yang tidak hanya mencatat keberhasilan, tetapi juga tantangan dan peluang untuk pengembangan program di masa depan.

Berbagai pihak menyampaikan apresiasi terhadap program ini. Kepala Desa Caringin, Ade M. Supi, S.H., M.H., menyebut program ini sebagai “Langkah signifikan dalam meningkatkan kompetensi Nelayan.” Dukungan serupa juga diungkapkan oleh Ketua RT 17, Pak Iwan, yang mengatakan, “Kegiatannya sangat seru, dan para Nelayan menerima baik dan senang dengan adek-adek mahasiswa yang membaur sangat baik, dan ramah dari segi tingkah laku dan bahasa. Kami berharap kedepannya alat-alat insyaAllah bisa menunjang kami para Nelayan dari segi keselamatan." PPK Ormawa OHSC FKM UI 2024 telah menciptakan dampak yang berarti di Desa Caringin, tidak hanya untuk masyarakat tetapi juga untuk para mahasiswa sebagai pelaksana.

Tim Pengabdian Masyarakat (Pengmas) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI) yang diketuai oleh Dr. Annisah, M.Kesos (Dosen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP UI) merancang program edukasi peduli lingkungan pada anak-anak yang dilakukan di SDN Sukmajaya 5 Depok.

Program ini dilakukan karena permasalahan sampah di Kota Depok, Jawa Barat yang terus meningkat dan menjadi ancaman serius. Oleh karena itu, dibutuhkan adanya intervensi sosial untuk melakukan perubahan perilaku pada seluruh masyarakat. Intervensi sosial akan semakin efektif ketika dilakukan sejak dini.

Dengan demikian, edukasi dan pelatihan perlu diberikan untuk anak-anak yang masih berusia sekolah. SDN Sukmajaya 5, Depok dipilih sebagai tempat kegiatan karena sekolah tersebut telah menjadi Sekolah Adiwiyata Tingkat Kota Depok dan akan berproses menuju tingkat Provinsi Jawa Barat.

Program Pengmas memiliki tujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya menjaga lingkungan, sekaligus berkontribusi dalam pencapaian Indikator 12 dari Sustainable Development Goals (SDGs), yaitu “Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab”.

Secara lebih khusus, Ketua Tim Pengmas, Annisah menyampaikan tujuan programnya tersebut. Ia mengatakan “para Duta Adiwiyata SDN Sukmajaya 5 ini diharapkan dapat menjadi agen perubahan untuk teman-teman di sekolah dan lingkungan rumah, orangtua, juga masyarakat secara umum dalam menjaga lingkungan.”

Untuk mencapai tujuan ini, Tim Pengmas FISIP UI berkolaborasi dengan Himpunan Mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP UI melalui Program  Karya Kita. Tema Karya Kita yaitu “Bersama Jaga, Bumi Kita” yang mengkampanyekan dan mengajak seluruh warga sekolah untuk menjaga lingkungan.

Program ini menggunakan metode pemasaran sosial untuk perubahan perilaku para siswa dan siswi agar lebih peduli terhadap lingkungan melalui kampanye dan kegiatan yang  interaktif, edukatif, serta kreatif.

Proses implementasi program edukasi lingkungan ini berlangsung selama empat minggu di bulan September 2024 dengan berbagai rangkaian kegiatan, seperti Belajar Bareng Lingkungan, School Clean-Up Day, serta Lomba Poster dan Menghias Pot.

Dalam pelaksanaan kegiatannya, pihak Karya Kita, Tim Pengmas FISIP UI, pihak sekolah, serta orang tua siswadan siswi SDN Sukmajaya 5 Depok saling bekerja sama untuk mencapai hasil yang maksimal.

Belajar Bareng Lingkungan dilaksanakan selama dua kali, yaitu pada tanggal 7 dan 14 September 2024. Kegiatan ini menggunakan konsep Training of Trainer yang menggunakan komik, infografis, video, dan papan interaktif sebagai metode pengajaran.

Pada tanggal 21 September, kegiatan School Clean-Up Day dilaksanakan yang berfokus pada aksi siswa dan siswi SDN Sukmajaya 5 Depok dalam menjaga lingkungan di sekitarnya, sekaligus memperingati World Clean-Up Day.

Kegiatan terakhir yaitu Lomba Poster dan Menghias Pot sebagai bentuk kampanye kepada para siswa dan siswi SDN Sukmajaya 5 Depok untuk berperilaku ramah lingkungan. Poster digunakan para Duta Adiwiyata dalam memberikan edukasi untuk para siswa di sekolahnya. Pot yang dihasilkan kemudian digunakan sebagai media untuk menanam.

Secara keseluruhan, program ini sudah terlaksana dengan baik dan mendapat antusiasme tinggi dari para pihak terkait. Annisah berharap, materi dan edukasi yang telah diberikan oleh Tim Pengabdian Masyarakat Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP UI dapat bermanfaat dan berkelanjutan demi mewujudkan lingkungan sekolah yang asri dan bersih.

Para Duta Adiwiyata SDN Sukmajaya 5 memiliki karakter cinta dan peduli lingkungan dimana mereka berada, serta dapat menularkannya kepada lingkungan di sekitar mereka.

Depok-Universitas Indonesia (UI) melalui Direktorat Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat (DPPM) kembali menunjukkan komitmennya dalam menanamkan kesadaran cinta lingkungan, kali ini menyasar siswa-siswi di SDN Sawangan 05, Depok. Melalui program pengabdian masyarakat (pengmas) dari program studi Manajemen Bisnis Pariwisata, Program Pendidikan Vokasi UI, para siswa diperkenalkan pada pentingnya menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan sejak dini.

Pada kegiatan yang berlangsung pada 14 Agustus 2024 tersebut, siswa-siswi SDN Sawangan 05 mendapatkan pemahaman mendalam mengenai pengelolaan sampah serta pentingnya menerapkan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dalam kehidupan sehari-hari. Program ini bertujuan membentuk kebiasaan peduli lingkungan sejak usia dini dan menanamkan rasa cinta dan peduli lingkungan kepada anak-anak agar mereka membiasakan diri hidup bersih, dan menjaga kebersihan lingkungan sejak dini. Sekolah dasar ini dipilih menjadi tempat pengmas karena SDN Sawangan 05 mengikuti seleksi menjadi sekolah Adiwiyata tingkat Depok.

Wakil Direktur Bidang Pendidikan, Penelitian, dan Kemahasiswaan, Deni Danial Kesa, Ph.D, menegaskan bahwa kegiatan ini sangat relevan dengan tantangan lingkungan yang semakin kompleks. “Adanya isu lingkungan yang semakin kompleks, mendidik anak-anak tentang pentingnya menjaga lingkungan adalah langkah yang tepat. Kegiatan ini membantu membangun kebiasaan ramah lingkungan dan menumbuhkan kesadaran akan dampak tindakan mereka terhadap lingkungan yang merupakan investasi penting untuk masa depan. Vokasi UI terus mendukung berbagai kegiatan positif lainnya yang berdampak secara langsung kepada masyarakat,” kata Deni.

Dalam kegiatan pengmas tersebut, siswa mendapat edukasi pengenalan berbagai jenis sampah, mulai dari organik, anorganik, hingga B3, serta proses penguraiannya. Selain itu, mereka diajak bermain “Pilah Sampah” yang mengajarkan cara memilah sampah sesuai kategorinya, membuat kegiatan ini tidak hanya edukatif tetapi juga menyenangkan. Materi visual dan alat peraga turut digunakan untuk memudahkan pemahaman siswa.

Tim pengmas UI yang terdiri dari Anisatul Auliya, S.ST.Par., M.Par., Mahadewi, S.Sos., M.M., Rini Kusumastuti, AMd.Par., dengan ketua tim pengabdi Diani Mustika Prianti, M.M., serta sejumlah mahasiswa program studi Manajemen Bisnis Pariwisata, juga mendorong penerapan pengelolaan sampah ramah lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Diani, melalui kegiatan yang dikemas secara kreatif dan interaktif tersebut, tim pengmas ini berharap siswa dapat mulai mengurangi penggunaan plastik dan styrofoam dalam kehidupan sehari-hari, serta beralih ke alternatif yang lebih ramah lingkungan, seperti penggunaan tempat makan dan minum yang dapat dipakai ulang.

(Foto: Simbolis pemberian tempat sampah organik dan anorganik kepada SDN Sawangan 05 Depok)

Sebagai bagian dari program ini, tim pengmas turut menyediakan tempat untuk sampah organik dan anorganik, serta memasang poster edukatif di area sekolah yang memuat informasi mengenai masa penguraian berbagai jenis sampah. Tim pengmas juga membagikan tempat makan dan minum yang bisa digunakan secara berulang sebagai bentuk dukungan nyata terhadap gerakan pengurangan sampah plastik.

Antusiasme siswa terhadap kegiatan ini sangat tinggi. Aisyah Bilqis, salah satu siswi SDN Sawangan 05, menyatakan kegembiraannya mengikuti acara ini. “Saya sangat senang dengan acara ini. Penjelasan tim pengabdi UI mudah dipahami dan permainan pilah sampah sangat menyenangkan. Sekarang, saya tahu bahwa sampah kertas harus dibuang di tempat sampah anorganik dan saya juga ingin mencoba menerapkannya di rumah,” ungkapnya.

Dengan pendekatan yang interaktif dan menyenangkan, UI berharap generasi muda dapat tumbuh menjadi individu yang sadar akan pentingnya menjaga lingkungan, demi masa depan yang lebih baik.

Pada 10 Agustus 2024, Tim Pengabdian Masyarakat (Pengmas) Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (FFUI) melakukan kegiatan pengabdian masyarakat di Kampung Kadujangkung, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten. Kegiatan ini berfokus pada penggunaan bedak tabur kecombrang untuk mengatasi permasalahan kulit di masyarakat setempat. Tim Pengmas FFUI diketuai oleh Prof. Dr. apt. Anton Bahtiar, M.Biomed dan beranggotakan kurang lebih 15 orang yang terdiri dari Dosen, Tenaga Kependidikan, dan Mahasiswa FFUI.

Program ini dilatarbelakangi dengan ditemukannya sejumlah permasalahan kesehatan yang signifikan di Desa Kanekes, wilayah tempat tinggal suku Badui yang dikutip dari data Klinik Saung Sehat dan Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak pada tahun 2021. Di antara temuan tersebut, tercatat 238 kasus penyakit kulit, 147 anak mengalami stunting, 112 kasus influenza, 8 infeksi luka terbuka, dan 4 pasien dengan gangguan jiwa atau ODGJ. Data ini menggarisbawahi kebutuhan mendesak untuk perhatian khusus dari pemerintah dan tenaga kesehatan, terutama dalam penanganan penyakit kulit yang banyak menyerang anak-anak di wilayah ini.

Akses masyarakat Badui terhadap layanan kesehatan modern masih terbatas. Jarak yang jauh ke Puskesmas dan rumah sakit menjadi kendala utama. Puskesmas terdekat harus ditempuh dengan jarak sekitar 10 kilometer, sementara rumah sakit rujukan berada 30 kilometer jauhnya di pusat kota Lebak. “Dengan keterbatasan ini, kami sangat menyadari pentingnya kolaborasi untuk meningkatkan layanan kesehatan di wilayah ini,” ungkap Ketua Tim Pengabdian Masyarakat (Pengmas) Fakultas Farmasi UI. Melihat kondisi ini, tim pengabdian masyarakat UI berupaya meningkatkan kesehatan masyarakat Badui dengan membuat poster bergambar. Poster ini diharapkan dapat membantu tenaga kesehatan dalam menyampaikan informasi kesehatan kepada masyarakat yang sebagian besar belum bisa membaca dan menulis.

Selain itu, tanaman Kecombrang (Etlingera elatior) telah lama digunakan oleh masyarakat Badui sebagai bahan alami untuk mandi dan menggosok gigi, menggantikan sabun kimia yang dilarang oleh adat setempat. “Kecombrang adalah contoh bagaimana kearifan lokal dapat diintegrasikan dengan praktik hidup bersih dan sehat (PHBS),” jelas Ketua Pengmas UI. Namun, penggunaan Kecombrang masih terbatas, dan diperlukan pendekatan yang lebih intensif serta berkelanjutan untuk mengedukasi masyarakat Badui, terutama dalam memperluas manfaatnya tanpa melanggar adat. Upaya ini harus dilakukan dengan tetap menghormati budaya dan tradisi masyarakat Badui.

Tim Pengmas FFUI juga mengajarkan cara membuat bedak tabur Kecombrang yang dapat dilakukan secara mandiri. Pertama, tanaman Kecombrang dipanen 10-20 cm dari pucuk bunga, kemudian dipotong-potong sepanjang 1 cm lalu dikeringkan dibawah atap yang terlindung dari sinar matahari langsung. Setelah kering, potongan kecombrang dihaluskan dalam lumpang porslein atau kayu dan diayak agar lebih halus dan aduk hingga rata, lalu dimasukkan ke wadah tertutup. Bedak Kecombrang siap digunakan. Untuk penggunaannya cukup diusapkan pada kulit setelah mandi, sebanyak 2 kali sehari.

Pada Pengmas kali ini, Prof. Dr. apt. Anton Bahtiar, M.Biomed selaku ketua datang bersama beberapa anggota yang terdiri dari beberapa anggota yaitu Prof. Dr. Ade Arsianti, M.Si., Dr. apt. Iskandarsyah, M.Si., apt. Tri Wahyuni, M. Biomed, Ph.D., dan Ratri Syafira Putri, S.Psi.

Tim dari Fakultas Farmasi UI (FFUI) bekerja sama dengan Bidan Ira dari Dinas Kesehatan setempat serta beberapa sponsor dalam melaksanakan kegiatan ini. “Kami sangat berterima kasih kepada Bidan Ira yang telah membantu menyampaikan informasi tentang kebersihan kulit kepada masyarakat dan anak-anak melalui poster serta bedak tabur kecombrang.” ungkap Prof. Anton. Ia juga turut menyampaikan apresiasi atas dukungan dari PT Rohto dan PT Ultrasakti yang telah menyumbangkan produk pembersih kulit dan madu untuk masyarakat Badui.

“Dengan diberikannya media edukasi dalam bentuk poster, harapannya  tenaga kesehatan dapat lebih mudah untuk mensosialisasikan materi edukasi terkait kesehatan kulit dan pembuatan Bedak Tabur secara mandiri oleh masyarakat target dalam hal ini masyarakat Badui”, ucap Ketua Pengmas FFUI yang juga merupakan Manajer Riset, Inovasi, dan Pengabdian Masyarakat FFUI. Semoga langkah ini dapat meningkatkan kesadaran dan keterampilan masyarakat Badui dalam menjaga kesehatan kulit, sekaligus memperkuat peran tenaga kesehatan dalam mendukung kemandirian masyarakat melalui edukasi yang efektif.

Eksplorasi Edukasi (Ekskasi) telah menyelenggarakan kegiatan pengabdian masyarakat yang berfokus pada pendidikan informal sekolah dasar . Tim telah melakukan intervensi pendidikan informal di SD Negeri Tajurhalang 05 dalam pembelajaran kontekstual dengan metode inquiry dan relating.

Program ini merupakan salah satu Program Dana Hibah Kepedulian Masyarakat di bawah Direktorat Kemahasiswaan Universitas Indonesia, dengan 13 mahasiswa aktif dari berbagai fakultas di UI yang turut berkontribusi di dalamnya didampingi dengan 1 dosen pembimbing.

Tujuan program ini adalah dapat memberikan sudut pandang pendidikan baru dan meningkatkan semangat belajar anak-anak SD Negeri Tajurhalang 05.

“Penting rasanya untuk memberikan intervensi pendidikan informal sejak dini, guna memberikan dampak yang lebih luas mulai dari pengenalan cita-cita, toleransi antar ras, hingga pencegahan bencana alam. Tentunya ini merupakan langkah awal kami sebagai mahasiswa UI untuk bisa berkontribusi dalam ranah pendidikan,” kata Project Officer Ekskasi, Sultan Zachri Dipo.

Selama kurang lebih satu pekan dari tanggal 10 sampai 17 Agustus 2024, Ekskasi telah melaksanakan beberapa kelas informal seperti, Kelas Merangkai Cita dengan kegiatan pengenalan cita-cita yakni praktek menjadi dokter, hakim, ahli forensik, reporter, ilmuwan, hingga arkeolog.

Kemudian Kelas Aku Tahu, Aku Siap! menjadi kelas pengenalan bagaimana cara pencegahan bencana alam seperti banjir dan tanah longsong dilengkapi dengan menanam tanaman dalam pot sebagai wujud komitmen menjaga lingkungan sekitar.

Kelas Literasi sebagai bentuk penanaman pentingnya literasi untuk masa depan yang mana kelas kecil berfokus pada peningkatan dan penguatan kemampuan membaca, sedangkan kelas besar berfokus pada peningkatan pemahaman pengoperasian komputer/laptop dan penggunaan peramban web sebagai pembantu proses pembelajaran, seperti KBBI online, Google Translate, dan majalah Bobo.id.

Terkhusus kelas 5 dilaksanakan simulasi program Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) untuk membiasakan siswa pengoperasian laptop dan literasi secara digital. Kelas dilanjutkan dengan Kelas Sayangi Semua, yakni kelas informal yang mengajarkan sikap toleransi, baik antar suku, budaya, atau agama, serta memberikan materi pencerdasan Anti-Bullying yang dikemas dengan kegiatan post to post.

Kemudian Kelas Kenali Tubuhmu ditujukan untuk menumbuhkan kesadaran siswa SD Negeri Tajurhalang 05 terhadap bagian dan otoritas tubuhnya sehingga dapat mewujudkan lingkungan sekolah yang aman dari kekerasan seksual.

Terdapat materi untuk kelas 1, 2, dan 3 yang terdiri dari pengenalan otoritas tubuh dengan nyanyian dan perilaku hidup bersih dengan praktek sikat gigi serta pola hidup sehat dengan konsep cerdas cermat.

Tak ketinggalan materi kelas 4, 5, 6 yang lebih berfokus pada materi pubertas. Bertepatan pada tanggal 17 Agustus, Ekskasi juga menyelenggarakan upacara bendera peringatan HUT ke-79 RI dan beberapa lomba untuk memeriahkan, seperti makan kerupuk, estafet balon, hingga memasukkan pensil dalam botol untuk anak-anak dan guru.

Tim Ekskasi berharap dengan kegiatan ini bisa menunjang penanaman moral bagi anak-anak yang tentunya sebagai dasar untuk berproses dalam menggapai mimpinya. Saat ini masih kurang adanya penanaman kelas informal sebagai landasan dalam melihat lingkungan bermasyarakat secara luas, maka kegiatan pembelajaran informal seperti ini cukup penting.

“Pendidikan layak merupakan hal yang fundamental, oleh karena itu dengan diadakannya kegiatan Ekskasi bisa memberikan warna baru terkhusus di SDN Tajurhalang 05. Ucapan terima kasih tentunya selalu kami sampaikan atas terselenggaranya program ini, semoga bisa memberikan motivasi bagi anak-anak ke depannya,” ujar Diah, Kepala Sekolah SDN Tajurhalang 05.

Pada tanggal 10 Agustus 2024 lalu, Tim Pengabdian Masyarakat (Pengmas) Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (FFUI) 2024 telah menginisiasi program edukasi kesehatan kulit di wilayah komunitas Suku Baduy, tepatnya di Kampung Kadu Ketug dan Kadu Jangkung. Program ini dipimpin oleh apt. Donna Maretta Ariestanti, M.Sc., Ph.D., dengan tujuan utama meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat setempat akan pentingnya menjaga kesehatan kulit.

Suku Baduy, komunitas tradisional yang terletak di pegunungan Kendeng, Lebak, Banten, dikenal dengan kehidupan yang sangat menjunjung tinggi adat istiadat dan cenderung tertutup terhadap pengaruh luar. Namun, di balik keutuhan tradisi ini, masyarakat Baduy menghadapi tantangan kesehatan serius, khususnya terkait penyakit kulit seperti skabies atau yang sering dikenal dengan sebutan kudis atau budug.

“Masalah kesehatan ini diperparah oleh terbatasnya akses masyarakat Baduy ke fasilitas kesehatan. Selain itu, masalah lain adalah minimnya pemahaman mengenai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta cara penggunaan tanaman herbal secara higienis”, ujar Bidan Rika.

Program ini didukung oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak dan didanai oleh Hibah Program Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia 2024. Berbagai perusahaan seperti PT Rohto Laboratories Indonesia, PT Ultra Sakti Tresnojoyo, dan PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk, turut berpartisipasi dengan memberikan donasi produk kesehatan kulit senilai lebih dari Rp12 juta. “Kami sangat berterima kasih atas dukungan semua pihak,” ujar apt. Donna Maretta Ariestanti, M.Sc., Ph.D., pemimpin tim FFUI.

Kegiatan ini menyoroti urgensi edukasi kesehatan di komunitas Suku Baduy yang tersebar di 58 kampung dengan populasi sekitar 26.000 orang. Keterbatasan tenaga kesehatan dan luasnya wilayah menjadi tantangan besar dalam memberikan pelayanan medis. Tim Pengmas FFUI mengatasi tantangan ini dengan menyampaikan informasi tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan penggunaan tanaman herbal melalui poster dan booklet, serta menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan kulit yang mencakup langkah-langkah seperti mandi teratur, atur jadwal jemur kasur dan bantal, menjaga kebersihan rumah, mengurangi kontak dengan orang serta pakaian yang dicurigai terinfeksi tungau budug dan mencuci pakaian secara rutin.

Pemberian Poster Kesehatan oleh apt. Donna Maretta Ariestanti, M.Sc., Ph.D selaku Ketua Tim Pengmas

Program ini tidak hanya mencakup distribusi materi edukasi dengan poster, tetapi juga penyuluhan tentang penggunaan tanaman herbal berkhasiat mudah ditemukan di lingkungan sekitar Suku Baduy tinggal. Tanaman-tanaman yang telah terbukti efektif dalam mengatasi masalah kulit seperti skabies di antaranya adalah lidah buaya (Aloe vera), kunyit (Curcuma longa), dan daun sirsak (Annona muricata). Getah lidah buaya (gel) digunakan dengan dioles pada bagian kulit yang terkena skabies, didiamkan selama 30 menit, dan dibilas dengan air dingin setelah 30 menit. Penggunaan kunyit dihaluskan dan dioleskan ke kulit yang menderita budug, lalu setelah beberapa saat dibersihkan. Kemudian, penggunaan daun sirsak direndam di dalam air selama beberapa menit kemudian diperas. Air perasan daun sirsak disemprotkan merata ke seluruh permukaan luka skabies satu kali sehari selama seminggu.

Selain penyuluhan, pada kegiatan ini juga dibagikan 100 bingkisan berisi makanan seperti roti dan beberapa snack, serta produk-produk yang diberikan oleh para sponsor kepada masyarakat Suku Baduy. Produk yang diberikan merupakan produk penunjang kesehatan kulit, seperti lotion, sampo, dan bedak.

Dengan pemberian media edukasi yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat Baduy, kami berharap masyarakat Baduy dapat lebih mudah memahami pentingnya PHBS dan memanfaatkan tanaman herbal secara optimal. Inisiatif ini bertujuan untuk membantu mereka menjaga kesehatan kulit dan mencegah penyakit,” tambah Bu Donna.

“Kami mengucapkan terima kasih kepada FFUI atas kunjungan dan edukasinya kepada masyarakat Baduy,” ucap Pak Meidi selaku sekretaris desa. Melalui program pengabdian masyarakat ini, FFUI berharap bisa memberikan dampak positif dan berkelanjutan pada kesehatan kulit komunitas Baduy, dengan menghubungkan pengetahuan tradisional dan praktik kesehatan modern untuk kesejahteraan yang lebih baik.

Tim Pengmas FFUI bersama dengan anak-anak Baduy Adapun tim Pengmas FFUI yang diketuai oleh apt. Donna Maretta Ariestanti, M.Sc., Ph.D terdiri dari mahasiswa Sarjana dan Apoteker FFUI yaitu Faiq Firni Ramadhan, Raihana Ghibtha Putri, Nafisa Thahira, Mauna Munifah Indarwati, dan M. Mishbahus Surur. “Semoga apa yang kami lakukan di sini memberikan manfaat bagi masyarakat Baduy dan dapat membantu mereka mengatasi permasalahan kesehatan kulit yang selama ini diderita oleh mereka”, kata Donna.

Masyarakat di era pesatnya perkembangan teknologi digital mulai membatasi ruang gerak pada hal-hal yang berkaitan dengan alam. Mereka mendapatkan berbagai informasi melalui gawai dan dikendalikan informasi yang diterima di sekitar mereka. Derasnya arus informasi yang diterima generasi di era digital terkadang memberikan tekanan pada kehidupan. Bila kita merujuk pada kehidupan masa lalu masyarakat mendapatkan informasi dari alam sekitar, mereka mengetahui arah bukan melalui format GPS melainkan melalui pengetahuan mengenai perbintangan. Mereka juga mendapatkan informasi terkait perubahan musim melalui pengalaman sehari-hari ataupun ilmu alam dan lingkungan yang diturunkan dari para leluhur, yang dikenal sebagai kearifan lokal.

Masyarakat di Jawa mengenal ‘Petungan’ sistem perhitungan hari Jawa yang menjadi dasar bagi pengamatan dan tindakan masyarakat Jawa terhadap lingkungan sekitar. Melalui Petungan dapat diketahui, kapan perubahan musim terjadi, dan kapan waktu purnama, dan musim tanam, musim kemarau dan musim hujan.

Terkait tradisi Purnama masyarakat Jawa di masa lalu melakukan berbagai aktivitas bersama di luar rumah di malam hari saat purnama tiba. Di pedesaan masyarakat berkumpul di luar rumah dan menyelenggarakan berbagai aktivitas; anak-anak melakukan permainan berkelompok, orang tua berkumpul menghabiskan waktu bersama membahas berbagai hal, mereka juga menembang ataupun membacakan manuskrip, selain itu menjelang tengah malam juga dilakukan ‘manekung’ yaitu duduk diam, memusatkan pikiran untuk memperoleh semangat baru untuk hari-hari selanjutnya.

Berkaitan dengan fenomena Purnama Strawberry pada 20 Juni 2024, Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya, Universitas Indonesia (PPKB FIB UI) bekerjasama dengan BRIN (ethnoastronomy) dan astronomy ITB menggelar kegiatan Festival Purnama Strawberry. Selama dua hari kegiatan dipusatkan di wilayah Desa wisata sekitar Borobudur dan di lingkungan candi Borobudur. Tujuan dari kegiatan ini adalah merupakan bentuk kolaborasi antar institusi yang bertujuan menyampaikan informasi kepada masyarakat untuk tetap melestarikan tradisi purnama, karena melalui tradisi purnama banyak hal yang dapat digali; yaitu pola gotong royong, kearifan lokal Jawa serta literasi melalui tembang-tembang Jawa. Selain itu pengalaman menikmati indahnya purnama juga dilakukan melalui asah batin ‘Manekung’ yang memberikan kontribusi pada keseimbangan mental dan fisik.

Kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh PPKB FIB UI pada 20-22 Juni 2024 di Desa Karangrejo, Magelang, meliputi; Workshop Tradisi Purnama dan Petungan Jawa, Workshop Dolanan Anak, Workshop Meditasi Purnama, dengan fasilitator Dr. Turita Indah Setyani, Dr. Lily Tjahjandari dan Dr Sri Ratna Saktimulya (Kepala Studi Kebudayaan UGM) Selain itu PPKB FIB UI juga melakukan pelatihan di bidang media bagi generasi muda melalui

“Pelatihan Bikin Film” dan “Pelatihan Content Digital” dengan Fasilitator Yusuf Raharjo (Praktisi Media).

Para peserta kegiatan ini juga akan dapat memantau keindahan purnama strawberry melalui teleskop dan mendapatkan informasi terkait fenomena astronomy oleh para pakar astronomy dari Institut Teknologi Bandung.

“Melalui kegiatan ini diharapkan masyarakat mendapat pengalaman dan pengetahuan terkait tradisi purnama yang merupakan kearifan lokal yang selayaknya dilestarikan”, demikian pandangan Dr.phil. Lily Tjahjandari M.Hum Kepala PPKB FIBUI. Mewakili Dekan FIB UI, Dr. Herdito Sandi Pratama selaku Manajer Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat FIB UI menyampaikan pentingnya penguatan identitas; “Apabila kita mengenal tradisi serta kearifan lokal yang ada maka hal tersebut akan menguatkan jati diri bangsa”.

Perawakan pendek atau telah menjadi isu global yang signifikan. Kondisi ini didefinisikan sebagai suatu tinggi badan di bawah persentil 3 kurva pertumbuhan sesuai usia dan jenis kelamin. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak secara rutin dilakukan melalui pengukuran panjang/tinggi badan, berat badan, dan lingkar kepala. Pertumbuhan yang tidak normal sering kali disebabkan oleh kondisi medis atau sosial yang mendasari dan memerlukan penyelidikan lebih lanjut.

Anak dengan perawakan pendek menghadapi berbagai tantangan saat dewasa, seperti kesulitan mengendarai kendaraan dan kemungkinan kurangnya kesempatan kerja. Stigma “taller is better” dapat memengaruhi perkembangan psikososial anak perawakan pendek dan keluarganya, baik di Indonesia maupun di negara lain.

Berangkat dari hal tersebut, Tim Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) – Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) melakukan kegiatan edukasi yang bertajuk “Optimalisasi Kualitas Hidup Pada Anak Pendek” di SDN Depok 01 pada tanggal 22 Juni 2024.

Program pengabdian masyarakat (pengmas) ini merupakan hasil kerja sama dengan Puskesmas Kecamatan Pancoran Mas dimana lokasi SDN 01 Depok berada dalam wilayah kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Puskesmas Kecamatan Pancoran Mas.

Ketua Pengmas FKUI Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, Sp.A(K) menjelaskan pentingnya meningkatkan kesadaran para guru di sekolah tentang pentingnya pemantauan pertumbuhan, khususnya tinggi badan anak, agar masalah psikososial yang mungkin timbul dapat dideteksi dan diintervensi lebih dini.

“Diharapkan anak dengan perawakan pendek tetap memiliki kualitas hidup baik, dapat beraktivitas baik, kreatif, tidak memiliki masalah emosi, sosial. Kami juga memberikan edukasi pada guru di sekolah bagaimana cara mengukur tinggi badan anak dengan benar sehingga sekolah dapat mengetahui status kesehatan anak didiknya,” ujar Prof. Rini.

Program pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk memberikan pemahaman berbasis ilmu pengetahuan dengan bukti ilmiah agar masyarakat semakin sadar akan risiko yang dapat dihadapi anak dengan perawakan pendek. Apabila lingkungan yang tidak inklusif, terutama di sekolah, dapat memperburuk masalah psikososial anak perawakan pendek, meningkatkan risiko masalah kesehatan mental, dan menurunkan kualitas hidup mereka di masa depan.

Kegiatan pengmas terdiri dari tiga sesi, sesi pertama berupa penyuluhan yang membahas masalah kesehatan anak perawakan pendek dari sisi medis, dengan narasumber dr. Huminsa Ranto Morison Panjaitan, SpA. 

Pada sesi kedua, dilakukan pengukuran antropometri untuk mengetahui status antropometri dan prevalensi perawakan pendek siswa dan siswi di SDN 01 Depok oleh dokter peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Ilmu Kesehatan Anak, dan mahasiswa FKUI.

Sementara itu, pada sesi ketiga dilanjutkan dengan deteksi dini masalah psikososial siswa-siswi SDN 01 Depok melalui pengisian formulir kuesioner PedsQL yang dipandu oleh dokter PPDS IKA dan mahasiswa FKUI. Peserta diajak mengisi formulir yang berisi pertanyaan tentang perilaku yang berisiko menjadi masalah psikososial. Hasil sesi ini diharapkan memberikan gambaran masalah psikososial yang terjadi di SDN 01 Depok dan korelasinya dengan status antropometri masing-masing anak.

Kegiatan ini juga didukung oleh PT. Frisian Flag Indonesia, PT. Kalbe Morinaga, dan PT. Soho. Di akhir kegiatan dilakukan pembagian bingkisan berupa susu, suplemen kesehatan, dan roti kepada para murid.

Kepala Sekolah SDN 01 Depok Arwin Rangkuti, S.Pd., M.M. menyampaikan apresiasinya atas pelaksanaan program pengabdian masyarakat ini. “Kami merasa sangat antusias, baru kali ini SDN 01 Depok mendapat kehadiran dari tim kesehatan, terutama dari FKUI, untuk program pengabdian masyarakat. Kami sangat berterima kasih kepada FKUI atas kehormatan yang diberikan kepada sekolah kami. Kami berharap hasilnya dapat segera kami ketahui dan memberikan dampak positif bagi perkembangan anak-anak kami.”

1 2 3 4