id
Februari 6, 2025

Day

Dekan Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia (FIA UI) terpilih yaitu Prof. Dr. Retno Kusumastuti Hardjono, M.Si., resmi dilantik menjadi Dekan pada acara Serah Terima Plt. Dekan dan Angkat Sumpah Jabatan Dekan dan Wakil Dekan FKG, FT, FIK, FIA, serta Para Direktur, Kepala Kantor Universitas Indonesia yang diselenggarakan hari Jumat (31/01) bertempat di Balai Sidang, Universitas...
Read More

Depok-Program studi (prodi) Manajemen Bisnis Pariwisata, Program Pendidikan Vokasi, Universitas Indonesia (UI), sukses menggelar kegiatan TourismFest UI 2024 beberapa waktu lalu. Festival yang mengusung kebudayaan Indonesia tersebut bertujuan untuk memperkuat citra budaya, melestarikan budaya, serta menciptakan kesempatan pertukaran budaya antarindividu dan komunitas.

Ketua Program Studi Manajemen Bisnis Pariwisata, Anisatul Auliya, S.ST.Par., M.Par. menyebutkan bahwa penyelenggaraan festival budaya tersebut merupakan kolaborasi antara prodi Manajemen Bisnis Pariwisata dan Departemen Seni & Budaya Himpunan Mahasiswa Manajemen Bisnis Pariwisata (HIMTA). “Acara ini merupakan sebuah pencapaian luar biasa yang berhasil diwujudkan melalui kerja sama yang solid dari seluruh mahasiswa. Dengan penuh dedikasi dan komitmen, para mahasiswa tidak hanya berhasil menyelenggarakan sebuah acara yang memukau, tetapi juga mampu menonjolkan keunikan dan kekayaan budaya Indonesia kepada khalayak luas.

Tahun ini, TourismFest UI hadir dengan konsep yang sedikit berbeda, yaitu mengintegrasikan nilai-nilai keberlanjutan melalui poin Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 8, 10, dan 12. Ketiga poin ini, yaitu Decent Work and Economic Growth (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi), Reduced Inequalities (Pengurangan Ketimpangan), serta Responsible Consumption and Production (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab), menjadi landasan utama dalam perencanaan dan pelaksanaan acara. Pendekatan ini mencerminkan komitmen mahasiswa prodi Manajemen Bisnis Pariwisata terhadap isu-isu global yang relevan, sekaligus menunjukkan cara dunia pariwisata menjadi agen perubahan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. Dengan memasukkan elemen-elemen SDGs, TourismFest UI tidak hanya menjadi ajang seni dan budaya, tetapi juga sebuah platform untuk edukasi dan peningkatan kesadaran akan pentingnya keberlanjutan dalam industri pariwisata.

Kegiatan yang berlangsung di Auditorium Vokasi UI, Kampus UI Depok, ini juga menghadirkan sejumlah booth travel fair yang menawarkan berbagai paket wisata ke berbagai destinasi di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa, seperti Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Paket wisata tersebut merupakan hasil karya mahasiswa sebagai bagian dari tugas mata kuliah Perencanaan Operasi Perjalanan Wisata, serta dapat dibeli oleh masyarakat umum. Acara ini menjadi bentuk nyata dari implementasi berbagai mata kuliah yang telah dipelajari oleh mahasiswa selama di kelas. Selain itu, festival budaya TourismFest UI turut menampilkan beragam pertunjukan, mulai dari Tari Puspapirata, penampilan silat, fashion show, Tari Sirih Kuning, penampilan musik daerah, hingga drama musikal. “Saya berharap acara ini tidak hanya menjadi sebuah perayaan budaya yang memukau, tetapi juga mampu memberikan makna yang mendalam bagi kita semua. Melalui pelaksanaan acara ini, para mahasiswa dapat belajar secara langsung dalam merancang dan menyelenggarakan sebuah event. Tak kalah penting, festival ini juga membantu mempromosikan berbagai kekayaan yang dimiliki daerah-daerah di Indonesia,” tutup Auliya.

Tim Katamataku Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) yang diketuai Dr. dr. Yunia Irawati, Sp.M(K), mengadakan kegiatan pengabdian masyarakat (pengmas) bertajuk “Deteksi Dini Stunting dan Kaitannya dengan Status Kesehatan serta Tumbuh Kembang Balita” di Sitanala, Tangerang, Banten. Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya mendukung program pemerintah dalam menurunkan angka stunting di Indonesia, khususnya di Provinsi Banten.

“Deteksi dini dan pemberian nutrisi yang tepat adalah kunci penting dalam mencegah stunting. Kami ingin memastikan setiap anak memiliki kesempatan untuk tumbuh dan berkembang secara optimal,” kata dr. Yunia Irawati. Sebanyak 120 balita di Pemukiman Sitanala menjalani serangkaian pemeriksaan kesehatan komprehensif. Pemeriksaan meliputi pengukuran berat badan dan tinggi badan, pemeriksaan mata, kulit, kesehatan gigi dan mulut, serta gerakan mulut dan menelan yang dilakukan oleh tim gabungan dokter spesialis dan dokter gigi spesialis.

Langkah ini diharapkan mendorong orang tua untuk menyediakan asupan bergizi bagi anak-anak mereka sebagai upaya pencegahan stunting. Berdasarkan data SKI (Survey Kesehatan Indonesia) tahun 2023, prevalensi stunting pada balita di Provinsi Banten masih cukup tinggi, yakni 17,6% pada tahun 2023.

Selain itu, setiap balita menerima paket makanan bergizi yang berisi sayuran, protein nabati, protein hewani, dan buah, yang direkomendasikan oleh staf pengajar Departemen Ilmu Gizi FKUI dr. Erfi Prafiantini, M.Kes dan staf pengajar Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI dr. Titis Prawitasari, Sp.A (K). Dalam kegiatan tersebut, dr. Erfi memberikan edukasi kepada orang tua terkait pemberian makanan untuk anak agar mendapatkan gizi yang baik, “Makanan real food lebih sehat dan dapat diolah oleh orang tua di rumah. Kami juga mendukung pangan lokal untuk menghindari pengawet, pemanis, atau pewarna buatan, sehingga memberikan gizi seimbang yang lebih baik,” ujar dr. Erfi.

Sejumlah 20 kader posyandu dari RW 13 di pemukiman Sitanala juga mengikuti pelatihan khusus yang diselenggarakan di akhir November 2024. Pelatihan ini mencakup tata cara pengukuran antropometri yang benar, pentingnya ASI eksklusif, dan penyusunan MPASI (Makanan Pendamping ASI) yang sehat dan bergizi. Pelatihan tersebut dipandu oleh dokter spesialis anak RSUP Sitanala Tangerang dr. Henni Wahyu, Sp.A dan tim dari Departemen Ilmu Gizi FKUI. “Kader posyandu adalah ujung tombak dalam mendeteksi dini kasus stunting. Dengan pelatihan ini, kami berharap data yang diperoleh lebih akurat dan dapat menjadi dasar pengambilan keputusan yang tepat,” kata dr. Henni.

Kegiatan ini mendapat respons positif dari warga Sitanala. Ibu Fitri (29 tahun) salah satu orang tua balita yang ikut dalam kegiatan tersebut mengaku senang mendapatkan pemeriksaan kesehatan dan mendapat makanan tambahan. “Semua bahan langsung saya masak, dan anak saya sangat suka. Mudah-mudahan kegiatan seperti ini terus ada,” ujar Ibu Fitri.

Tim pengmas lain yang terlibat dalam kegiatan ini antara lain, dr. Budiati Laksmitasari, Sp.KFR(K); dr. Kartika Qonita Putri, MARS; dr. Nadia Kartika Dewi; dr. Dian Estu, SpM(K); Dr. Mochamad Fahlevi Rizall, drg, SpKGA, Subsp.PKOA(K); Dr. Eva Fauziah, drg, SpKGA, Subsp.PKOA(K); Ardini Debilaurita; Surmita; dan Ina Kusrini. Dengan kolaborasi antara Tim Katamataku FKUI, tenaga kesehatan, dan masyarakat, kegiatan ini diharapkan menjadi langkah awal menciptakan generasi sehat bebas stunting. Upaya ini juga sejalan dengan visi pemerintah untuk mengeliminasi stunting secara bertahap di Indonesia