Perawakan pendek atau telah menjadi isu global yang signifikan. Kondisi ini didefinisikan sebagai suatu tinggi badan di bawah persentil 3 kurva pertumbuhan sesuai usia dan jenis kelamin. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak secara rutin dilakukan melalui pengukuran panjang/tinggi badan, berat badan, dan lingkar kepala. Pertumbuhan yang tidak normal sering kali disebabkan oleh kondisi medis atau sosial yang mendasari dan memerlukan penyelidikan lebih lanjut.
Anak dengan perawakan pendek menghadapi berbagai tantangan saat dewasa, seperti kesulitan mengendarai kendaraan dan kemungkinan kurangnya kesempatan kerja. Stigma “taller is better” dapat memengaruhi perkembangan psikososial anak perawakan pendek dan keluarganya, baik di Indonesia maupun di negara lain.
Berangkat dari hal tersebut, Tim Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) – Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) melakukan kegiatan edukasi yang bertajuk “Optimalisasi Kualitas Hidup Pada Anak Pendek” di SDN Depok 01 pada tanggal 22 Juni 2024.
Program pengabdian masyarakat (pengmas) ini merupakan hasil kerja sama dengan Puskesmas Kecamatan Pancoran Mas dimana lokasi SDN 01 Depok berada dalam wilayah kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Puskesmas Kecamatan Pancoran Mas.
Ketua Pengmas FKUI Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, Sp.A(K) menjelaskan pentingnya meningkatkan kesadaran para guru di sekolah tentang pentingnya pemantauan pertumbuhan, khususnya tinggi badan anak, agar masalah psikososial yang mungkin timbul dapat dideteksi dan diintervensi lebih dini.
“Diharapkan anak dengan perawakan pendek tetap memiliki kualitas hidup baik, dapat beraktivitas baik, kreatif, tidak memiliki masalah emosi, sosial. Kami juga memberikan edukasi pada guru di sekolah bagaimana cara mengukur tinggi badan anak dengan benar sehingga sekolah dapat mengetahui status kesehatan anak didiknya,” ujar Prof. Rini.
Program pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk memberikan pemahaman berbasis ilmu pengetahuan dengan bukti ilmiah agar masyarakat semakin sadar akan risiko yang dapat dihadapi anak dengan perawakan pendek. Apabila lingkungan yang tidak inklusif, terutama di sekolah, dapat memperburuk masalah psikososial anak perawakan pendek, meningkatkan risiko masalah kesehatan mental, dan menurunkan kualitas hidup mereka di masa depan.
Kegiatan pengmas terdiri dari tiga sesi, sesi pertama berupa penyuluhan yang membahas masalah kesehatan anak perawakan pendek dari sisi medis, dengan narasumber dr. Huminsa Ranto Morison Panjaitan, SpA.
Pada sesi kedua, dilakukan pengukuran antropometri untuk mengetahui status antropometri dan prevalensi perawakan pendek siswa dan siswi di SDN 01 Depok oleh dokter peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Ilmu Kesehatan Anak, dan mahasiswa FKUI.
Sementara itu, pada sesi ketiga dilanjutkan dengan deteksi dini masalah psikososial siswa-siswi SDN 01 Depok melalui pengisian formulir kuesioner PedsQL yang dipandu oleh dokter PPDS IKA dan mahasiswa FKUI. Peserta diajak mengisi formulir yang berisi pertanyaan tentang perilaku yang berisiko menjadi masalah psikososial. Hasil sesi ini diharapkan memberikan gambaran masalah psikososial yang terjadi di SDN 01 Depok dan korelasinya dengan status antropometri masing-masing anak.
Kegiatan ini juga didukung oleh PT. Frisian Flag Indonesia, PT. Kalbe Morinaga, dan PT. Soho. Di akhir kegiatan dilakukan pembagian bingkisan berupa susu, suplemen kesehatan, dan roti kepada para murid.
Kepala Sekolah SDN 01 Depok Arwin Rangkuti, S.Pd., M.M. menyampaikan apresiasinya atas pelaksanaan program pengabdian masyarakat ini. “Kami merasa sangat antusias, baru kali ini SDN 01 Depok mendapat kehadiran dari tim kesehatan, terutama dari FKUI, untuk program pengabdian masyarakat. Kami sangat berterima kasih kepada FKUI atas kehormatan yang diberikan kepada sekolah kami. Kami berharap hasilnya dapat segera kami ketahui dan memberikan dampak positif bagi perkembangan anak-anak kami.”