Tiga mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional FISIP UI, yaitu Raynathan Christopher, Andi Maziyah dan Sasi Andhika Sabilillah menjadi juara pertama untuk kategori debat lingkungan Bahasa Inggris dalam kompetisi diplomasi lingkungan pada Festival LIKE 2 yang diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Pengumuman dan pemberian penghargaan telah dilakukan oleh Wakil Menteri KLHK Alue Dohong pada Minggu, 12 Agustus 2024 di JCC, Jakarta.
Festival LIKE 2 diselenggarakan oleh KLHK dalam rangka road to UNFCCC 2024 (The United Nations Framework Convention on Climate Change) yang akan berlangsung di Baku, Azerbaijan, pada pertengahan November mendatang. Festival ini menjadi wadah untuk memperkenalkan hasil kerja nyata dan upaya perbaikan kebijakan serta implementasinya di sektor kehutanan dan lingkungan hidup.
Festival LIKE 2 juga menggelar kompetisi diplomasi berupa lomba karya tulis, video lingkungan, debat dan konsep pemulihan lingkungan. Berbagai macam lomba ini diselenggarakan untuk memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia Tahun 2024.
Ketiga pemenang dari Ilmu Hubungan Internasional, Raynathan Christopher (Ray), Andi Maziyah (Ziya) dan Sasi Andhika Sabilillah (Sasi) menceritakan perjalanannya mengikuti perlombaan ini.
Persiapan Lomba Debat Bahasa Inggris
Ray mengatakan, awal mengikuti kompetisi ini karena mendapatkan informasi dari wakil dekan bidang dua FISIP UI dan diminta untuk mengikuti kompetisi tersebut. Ia menceritakan, persiapan mereka sekitar kurang lebih dua minggu, mulai dari tahap registrasi seperti mengirim CV dan essay.
Ray juga secara detail menceritakan persiapannya mengikuti kompetisi ini, “Kita banyakin research, soalnya this debate competition is a bit different from a normal competition. Di debat ini, kita bisa tahu temanya H-1, H-3 bahkan seminggu, jadi kita punya banyak waktu untuk prepare and research, and therefore, kita bikin naskah, bikin argumen and everything. Kita bagi tugas juga buat persiapannya.”
Tema Kompetisi Nasional Diplomasi Lingkungan Hidup
Isu-isu yang sering dibawa itu misalnya triple planetary crisis, maritime policy atau soal kehutanan, yang sering muncul dari 32 besar sampai ke final.
Kompeisi ini untuk menuju UNFCCC (The United Nations Framework Convention on Climate Change), seperti persiapan Indonesia menuju UNFCCC. Festival LIKE ini secara umum fokusnya ke empat isu utama yaitu, lingkungan, iklim, kehutanan, energi terbarukan. Berfokusnya ke youth, tentang respons pemuda, policy yang berkaitan tentang kehutanan, iklim dan lingkungan.
Hambatan dan Kesulitan
Menurut Ziya, kesulitan yang dirasakan pada saat debat di atas panggung yaitu masalah waktu atau time management, “Karena debat biasanya dikasih waktu tujuh menit atau ada juga yang delapan menit. Kalau ini debatnya, speaker pertama tiga menit, speaker kedua dan ketiga itu lima menit. Time management untuk speechnya lumayan sulit misalnya harus di-cut down atau argumennya harus di-simplify biar masuk di lima menit dan tiga menit itu.”
“To be honest, bahkan pas final, semua komen jurinya tentang speed, kecepatan, karena kita memang berbicara cepat banget,” ujar Ray.
Di sisi lain, Sasi menceritakan kesulitannya secara pribadi yaitu saat offline, karena saat itu pertama kalinya Sasi berbicara di panggung besar, “So, aku merasa performance waktu latihan dan waktu di panggung itu sangat jauh berbeda karena stage frightening. Jadi aku belajar untuk how to tackle atau kayak how to deal with kegugupan.”
Pesan untuk Para Generasi Muda untuk Lingkungan Hidup dan Hutan di Indonesia
Menurut Ziya, “As youth kitabisa contribute karena ternyata dari Kementerian, from the government mereka juga push for youth involvement. Bahkan di luar lomba debat sama lomba pidato, ada lomba desain untuk lingkungan, misalnya desain waduk.”
“Contribute sesuai your passion and your interest, karena dari lomba kemaren juga itu cukup membukakan mata saya bahwa Indonesia sebenarnya juga sudah cukup banyak policy, dan ada banyak sekali cara, unlimited ways for you to contribute, baik di dalam fashion, politics, economy, desain arsitektur, itu semua bisa dikaitkan dengan lingkungan. Jadi menurut saya, gunakanlah your passion or interest untuk contribute for a bigger cause, seperti, use public transport, use less plastic, kan very common, tapi ada more ways for you to contribute,” ujar Ray.
Senada dengan Ray, Sasi juga setuju dengan statement yang Ray berikan, “Sebenarnya, everything itu bisa link ke lingkungan. Kalian boleh suka apapun tapi please be aware about the impact for the environment. Menurutku everything is linked to environment karena small things juga matters, jadi be aware about environment, and take single step yang bisa kalian lakukan.”
Lomba Kompetisi Nasional Diplomasi Lingkungan Hidup, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) ini bertujuan untuk membangun jejaring memberikan saluran dan melatih generasi muda untuk lebih peka dan berani mengekspresikan pandangan terhadap isu dan kondisi lingkungan dan kehutanan yang ada di sekitar. Terutama dengan ide dan gagasan yang kritis dan bertanggung jawab.