id

Alumni FKUI Juarai Dua Karya dalam Kompetisi Poster Ilmiah Bidang Reumatologi

Dua Alumni Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) mengharumkan nama almamater dengan prestasi membanggakan di ajang ilmiah nasional. dr. Rendy Asmaradhana Sahara dan dr. Rizki Fauzi Suskhan berhasil meraih juara dalam ajang Scientific Poster Competition yang merupakan bagian dari simposium “Temu Ilmiah Reumatologi 2025” yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Reumatologi Indonesia pada 23–25 Mei 2025 di Hotel Mercure Jakarta Batavia.

Kompetisi ini diikuti oleh 35 tim peserta yang berasal dari kalangan mahasiswa kedokteran, dokter umum, residen, hingga dokter spesialis penyakit dalam dari berbagai institusi di seluruh Indonesia.

Rendy Asmaradhana Sahara berhasil meraih Juara 1 melalui presentasi poster berjudul “Atypical Presentation of Gout Mimicking Peripheral Spondyloarthritis: A Case Report”. Dalam presentasi poster yang dilakukan, Rendy mengangkat sebuah laporan kasus menarik mengenai seorang pasien dengan nyeri sendi kronis yang didiagnosis awal sebagai Peripheral Spondyloarthritis, suatu penyakit rematik autoimun yang menyerang sendi-sendi di luar tulang belakang, seperti lutut, pergelangan kaki, atau lengan.

Rendy menjelaskan bahwa gout atau dikenal sebagai penyakit asam urat, merupakan kondisi akibat penumpukan kristal asam urat di sendi. Penyakit ini umumnya mudah dikenali ketika muncul sebagai monoartritis akut, yaitu peradangan mendadak pada satu sendi dan disertai kadar asam urat yang tinggi dalam darah. Namun, pada beberapa kasus, gout dapat muncul dalam bentuk yang tidak khas, seperti oligoartritis kronis disertai entesitis, sehingga menyerupai spondiloartritis perifer (SpA)Entesitis sendiri merupakan peradangan pada entesis, yaitu titik perlekatan tendon, ligamen, atau kapsul sendi pada tulang.

“Dalam kasus yang saya angkat, adanya entesitis dan keluhan nyeri sendi kronis sempat menimbulkan kecurigaan terhadap SpA, apalagi kadar asam urat pasien ternyata normal. Namun, analisis cairan sendi yang menunjukkan adanya kristal monosodium urat (MSU), serta hasil pemeriksaan DECT yang memperlihatkan deposit kristal MSU, memastikan bahwa diagnosis yang  tepat adalah gout. Hal ini menegaskan pentingnya mempertimbangkan kemungkinan gout pada kasus oligoartritis berulang, meskipun tanpa hiperurisemia,” ujar Rendy.

Sementara itu, Rizki Fauzi Suskhan berhasil meraih Juara 3 melalui poster yang berjudul “Pseudogout Overlapping with Pre-Existing Joint Pathologies: A Case Report”. Dalam presentasinya, Rizki menjelaskan bahwa pseudogout adalah penyakit radang sendi yang terjadi ketika kristal kalsium menumpuk di persendian. Kondisi ini sering disalahartikan sebagai asam urat atau infeksi karena gejala klinisnya yang serupa.

“Ada dua kasus yang saya angkat dalam laporan ini. Kasus pertama adalah seorang pria berusia 34 tahun dengan riwayat sakit punggung kronis yang tiba-tiba mengalami pembengkakan dan nyeri pada lutut setelah berlari. Pemeriksaan cairan sendi menunjukkan adanya kristal khas pseudogout. Sementara itu, kasus kedua melibatkan seorang laki-laki berusia 87 tahun dengan penyakit sendi degeneratif, yang juga mengalami gejala serupa dan hasil pemeriksaannya pun menunjukkan temuan kristal yang sama,” ujar Rizki.

Ia menambahkan bahwa kedua kasus ini menjadi pengingat pentingnya kewaspadaan terhadap kemungkinan pseudogout, khususnya pada pasien lansia atau mereka yang memiliki riwayat gangguan sendi sebelumnya. “Diagnosis yang akurat sangat penting untuk menghindari kesalahan penanganan, karena pseudogout memerlukan terapi yang berbeda, seperti pemberian obat antiinflamasi atau suntikan intraartikular langsung ke sendi yang terdampak,” tuturnya.

Baik Rendy maupun Rizki menyampaikan bahwa topik yang mereka angkat dilatarbelakangi oleh pentingnya mengenali kondisi sendi yang gejalanya sering menyerupai penyakit lain. Menurut keduanya, pemahaman yang tepat terhadap gout dan pseudogout sangat krusial agar tidak terjadi kesalahan diagnosis yang dapat berdampak pada pilihan terapi. Pembuatan case report ini dilakukan di bawah bimbingan staf Pengajar Divisi Reumatologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI dr. Johanda Damanik, Sp.PD.

Rendy maupun Rizki berharap dapat terus mengembangkan minat mereka dalam penelitian klinis serta berpartisipasi dalam berbagai ajang ilmiah di masa mendatang. “Kami berharap bisa mengikuti dan memenangkan lebih banyak lomba ilmiah, khususnya di bidang reumatologi,” ujar Rizki.

Sebagai tindak lanjut, karya mereka direncanakan untuk dipublikasikan di jurnal ilmiah bereputasi dan terindeks Scopus, dengan bimbingan berkelanjutan dari dr. Johanda Damanik. “Kami berterima kasih kepada seluruh staf Divisi Reumatologi, khususnya dr. Johanda Damanik, SpPD yang telah membimbing kami dalam penyusunan case report ini,” tutur Rendy.

Dekan FKUI, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, turut menyampaikan apresiasinya atas capaian yang diraih para mahasiswa. “Kami sangat bangga atas prestasi yang diraih para alumni FKUI tahun 2025 ini. Capaian mereka menunjukkan bahwa semangat akademik dan kemampuan ilmiah lulusan FKUI mampu bersaing di tingkat nasional. Semoga pencapaian ini menjadi inspirasi bagi sivitas FKUI untuk terus berinovasi dan aktif dalam kegiatan ilmiah,” tutur Prof. Ari.

Leave a Reply